Dalam kesempatan itu, keduanya membahas serangan Rusia ke Ukraina.
Dalam kesempatan itu, Erdogan meminta agar Rusia mau menghentikan serangannya. Ia menyebut ini perlu dilakukan atas dasar kemanusiaan.
“Gencatan senjata umum mendesak dilakukan. Ini akan mempermudah menemukan solusi politik dan menanggapi masalah kemanusiaan,” kata Erdogan dikutip dari The Moscow Times.
Selain itu, Erdogan juga meminta Putin mengizinkan koridor kemanusiaan di Ukraina.
Ini digunakan untuk membantu warga sipil yang kekurangan bahan logistik dan ingin mengungsi.
“Hal itu dapat membuka jalan perdamaian bersama,” tegasnya lagi.
Sementara itu, pihak Kremlin juga ikut mengonfirmasikan hal ini.
Meski begitu, pihak Moskow tetap menegaskan bahwa serangan akan dilakukan bila Kyiv mau menaati permintaan Rusia terkait netralitas dan Krimea.
“Putin menegaskan operasi spesial ini akan dihentikan jika Kyiv menghentikan ancaman dan mengikuti persyaratan Rusia, yang mana juga sudah disadari Ukraina,” tulis situs resmi Kremlin.
Turki sendiri merupakan salah satu yang menolak langkah Rusia ini. Presiden yang juga figur muslim terkuat dunia itu mengatakan serangan Rusia ke Ukraina sebagai “pukulan berat” bagi perdamaian regional.
Dalam menengahi hal ini, Turki juga telah beberapa kali menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah pembicaraan antara Kyiv dan Moskow.
Pasalnya, meski menjadi anggota NATO, Turki dan Rusia diketahui memiliki hubungan dekat saat Ankara membeli sistem peluru kendali S.400, yang membuatnya tegang dengan AS.(*/NKRIPOST/CNBC INDONESIA).