Informasi ini didapatkan dari keterangan staf Biro Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan, Sekretariat Militer Presiden Febby Riandary, Sabtu (7/11).
Dikabarkan, selain Andi Amran Sulaiman, Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti hingga mantan Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri juga akan mendapatkan penghargaan yang sama.
Adapun ketentuan pemberian penghargaan tercantum pada UU Nomor 20 tahun 2009 tentang Gelar Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan hingga PP 35 2020 tentang pelaksanaan UU Nomor 20 tahun 2009.
Menanggapi hal ini, Pemerhati kedaulatan pangan Prof. Tjipta Lesmana menilai wajar Andi Amran menerima penghargaan tersebut.
“Saya sangat memuji kinerja Andi Amran Sulaiman dulu dalam berbagai upayanya menegakkan kembali kejayaan pangan Indonesia. Kerja keras itu kini terbukti dengan mampunya Indonesia untuk menggenjot produksi padi sehingga tak ada lagi impor beras untuk sepanjang tahun 2016. Inilah bukti kerja keras itu. Apalagi prestasi yang ditorehkan ini dilakukan di tengah hantaman kondisi cuaca ekstrim seperti El Nino dan La Nina. Ini tidak main-main. Ini kerja nyata yang sangat patut diapresiasi”, ujarnya Tjipta.
Menurut Tjipta, Andi Amran adalah salah satu sosok yang tak banyak bicara, banyak diam, namun bekerja keras. “Pak Amran ini pekerja keras yang banyak di lapangan. Melihat langsung perkembangan lapangan dan mencari solusinya langsung di lapangan. Bergerak cepat,” ujarny.
Satu hal yang perlu diingat, kata Tjipta, di era Andi Amranlah mafia pangan dibuat tak berkutik. “Mafia pangan di era Andi Amran menjadi tak berdaya di era Pak Amran. Saya yakin, mafia pangan ini tak senang dan terus berupaya mengganggu kerja Andi Amran dulu,” tandasnya.
Sementara itu, pengamat ekonomi Ichsanudin Noorsy mengatakan penghargaan terhadap Andi Amran merupakan bukti nyata kinerja yang ditunjukkannya dulu sangat bagus, “Beberapa gebrakan Amran Sulaiman dianggap berpengaruh besar terhadap tujuan pembangunan mencapai ketahanan serta kedaulatan pangan di Tanah Air.
Kadang kebijakan yang dibuat Amran Sulaiman harus membuatnya berhadapan dengan para mafia. Dirasa merugikan kepentingan lain (mafia) bila menyangkut urusan pangan," ujar pengamat ekonomi Ichsanudin Noorsy.
Kendati kerap memperoleh tantangan, Noorsy menilai, Amran Sulaiman seolah tak gentar menghadapinya. Menurut Noorsy, Amran Sulaiman terus bekerja untuk menggapai hasil optimal.
“Amran Sulaiman telah sering difitnah. Mafiia (pangan) pakai segala cara untuk menjelekkan Amran Sulaiman sampai ingin menyerang karakter personal Amran," kata Noorsy.
Hal tersebut terkait dengan kinerja Amran Sulaiman, Noorsy menuturkan, terobosan yang dilakukannya tercatat pernah memberikan hasil membanggakan untuk ekonomi Indonesia. (*/ Humas SMSI).