Foto, Staf Ahli Ahli Pangdam XIV, Kolonel Czi Ade Heri dalam diskusi yang bertema "Mencegah Penyebaran Paham Komunis di wilayah Sulawesi selatan".
ONLINE-SPIRIT.COM.- Tepat 1 Juni lalu, masyarakat Indonesia memperingati hari lahir (Harla) Pancasila ke 75 tahun. Namun peringatan Harla Pancasila ini ditengah merebaknya gelombang isu soal pergerakan komunis.
Gelombang isu ini lalu dibahas Persatuan Jurnalis Indonesia (Perjosi) Sulsel melalui webinar aplikasi Zoom, Sabtu (6/6/2020).
Pangdam XIV Hasanuddin, Mayjen TNI Andi Sumangerukka diwakili Staf Ahli Ahli Pangdam XIV, Kolonel Czi Ade Heri dalam diskusi yang bertema "Mencegah Penyebaran Paham Komunis di Sulsel".
Kolonel Ade menerangkan, komunisme di Sulsel tidak sebesar seperti di daerah lain, karena masyarakat Sulsel terkenal religius dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama.
"Komunisme adalah ideologi, tidak pernah mati, orangnya yang berhaluan boleh mati, tapi pahamnya terus berjalan," tutur Ade.
"Ideologi harus dijawab dengan ideologi asli bangsa yakni idrolohi Pancasila yang lahir dari nilai-nilai luhur budaya dan merupakan falsafah bangsa" lanjutnya.
Untuk menyegarkan kembali Pancasila khususnya ke generasi milenial. Kolonel Ade mengemukakan 4 hal yang harus diterapkan dalam kehidupan berbagsa.
1. Mensosialisasikan Pancasila kepada seluruh elemen masyarakat secara masif.
2. Butir-butir Pancasila dibuat banner di pasang di seluruh kampung, untuk mengingatkan pengamalannya.
3. Internalisasi Pancasila secara formal di lembaga pendidikan semua tingkatan dan non formal pada kegiatan masyarakat.
4. Institusi yang menangani tidak hanya BPIP tapi strukturnya sampai tingkat bawah.
Sementara itu, Guru Besar dari Unhas Prof Amran Razak M.Sc. menyoroti terkait RUU Ideologi Pancasila yang menimbulkan peetentangan di beberapa daerah, karena tidak menyertakan Tap MPRS Nomor XXV/MPRS/1966.
Karena menurutnya, adanya fenomena gentrifikasi, hitech dan konsumerisme oleh kalangan menengah mempengaruhi pola penyebaran paham komunis, dulu menyisir kaum papa. Tetapi sekarang kalangan menengah sebagai kelompok abu-abu.
"Musuh abadi komunis itu adalah TNI dan HMI," ungkap Prof Amran.
Sedangkan pengamat politik dan kebangsaan Arqam Azikin menilai, komunis di Indonesia dianggap biasa dan sama dengan tempat asalnya.
"Di Indonesia itu beda, modus-modusnya, saat ini skalanya bangkit, komunis menjalar kemana-mana. Lalu kejadian sebelum 1965 ada penetrasi tahun 1948, para ulama dibunuh dengan biadab" kata Arqam.
"Kemudian pada tahun 1955 komunis atau PKI ikut pemilu, punya kursi di kabinet dan parlemen akhirnya punya peluang untuk kudeta," ungkapnya lagi.
Sementara ketua Umum Perjosi, Salim Djati Mamma mengatakan, kemunculan logo palu arit yang melambangkan simbol PKI di sejumlah daerah menandakan paham komunis telah menyebar serta menandakan kebangkitan kembali PKI. Sehingga perlu direspon lebih serius.
"Yang terbaru adalah kemunculan bendera merah putih dengan simbol palu arit (lambang PKI) di Universitas Hasanuddin Makassar, berarti paham komunis sudah ada di Sulsel dan itu perlu ditanggapi lebih serius oleh pihak berwajib dan para jurnalis," tutup Salim Djati Mamma.
Diskusi ini dipandu Direktur Lembaga Pers Mahasiswa Islam Cabang Makassar, Arif Wangsa selaku moderator webinar. (*/Pendam XIV/HSN).