Foto, Dede Farhan Aulawi Nilai PT. DI Modal Dasar Pertahanan Udara yang Strategis untuk Kepentingan Masa Depan Bangsa.
Jakarta, SpiritNews.com.- Ada hal yang menarik ketika hari ini, Rusia menyampaikan rencana pengembangan model dan teknologi pesawat pembom (bomber) jarak jauh generasi keenam pada tahun 2040 nanti.
Pada kesempatan ini, media seperti biasa menemui Pemerhati Teknologi Pertahanan Dede Farhan Aulawi, Kamis (26/12) di kantornya.
Menurut Dede, konsep teknologi penerbangan yang dikembangkan Rusia sudah sangat maju.
Persoalannya kita tidak cukup mengagumi teknologi orang lain, sementara kita abai dengan industri penerbangan milik sendiri.
Realitas teknologi ketika konsep mulai dirancang, lalu diturunkan ke detail desain, dan sub-sub bagian, maka realisasinya bisa terwujud sekitar 20 tahun yang akan datang.
Jadi semacam long term Investment, dan tolok ukurnya tidak bisa dihitung dalam balance sheet tahun ini. Ini bukan *Kebijakan Bisnis* melainkan *Kebijakan Strategis* untuk masa depan bangsa dan negara. Tegas Dede.
Selanjutnya Dede juga menambahkan bahwa rencana pengembangan bomber generasi keenam tanpa awak ini, disampaikan oleh Kepala Penerbangan Jarak Jauh Rusia, Letnan Jenderal Sergey Kobylash.
Perlu diketahui juga bahwa sebenarnya Rusia sudah mengembangkan Okhotnik-B, pesawat udara nirawak (UAV) atau drone tempur siluman yang amat dirahasikan. Okhotnik-B ini mampu membawa 2 ton bom penghancur.
Disamping jenis pesawat, jenis senjatanya juga terus ditingkatkan. Lihat saja up grade sistem pesawat dan senjata yang dilakukan pada Tu-160, Tu-95MS dan Tu-22M3. Ujar Dede.
Kemudian pesawat pembom itu juga bersifat subsonik, artinya dirancang mampu melakukan semua tugas yang dihadapi penerbangan jarak jauh.
Coba perhatikan juga gagasan desain dari produsen pesawat Tupolev, dengan proyeknya yang disebut PAK-DA.
Pesawat pembom ini didesain menggunakan teknologi siluman dan dapat dipersenjatai dengan rudal air-to-surface hipersonik. Dia memiliki jangkauan 12.500 km dan mampu membawa muatan hingga 30 ton.
Jika merujuk pada berbagai pemutakhiran konsep, desain dan senjata pertahanan, maka kemampuan serangan udara akan menjadi kunci kemenangan.
Hal ini sebenarnya mengingatkan kita semua bahwa aset bangsa yang sudah dirintis oleh almarhum BJ. Habibie harus dilanjutkan.
Pak Habibie berhasil meletakkan fondasi awal penguasaan teknologi penerbangan. Selanjutnya tentu giliran generasi penerus untuk melanjutkan estafeta tanggung jawab masa depan bangsa.
" Marilah kita segera bangun dan bangkit untuk meneruskan perjuangan pak Habibie. Perkuat PT. DI dengan kebijakan khusus yang berorientasi pada penguatan industri pertahanan dalam negeri. Jangan dibiarkan jalan sendiri, sebab ini adalah aset strategis bangsa ", harap dan sekaligus ilustrasi yang digambarkan Dede dalam menutup pembicaraan. (*/Df).