Foto, Kapolres Gowa, saat Melatih Keterampilan Profiling Dalam Optimalisasi Tugas Polri.
Dalam Kitab "The Art of War" Sun Tzu disimpulkan bahwa penguasa informasi adalah pemenang, Filosofi itu bahkan tidak terbantahkan di dunia modern saat ini.
Kemajuan teknologi informasi saat ini telah membuat dunia menjadi tanpa batas (borderless) dan lintasan informasi bergerak dengan sangat cepat bahkan real time.
Dinamika masyarakat pasti akan paralel dengan dinamika kamtibmas, dan tentu saja berimplikasi pada tugas kepolisian.
Insan Bhayangkara mau tidak mau dituntut mampu meningkatkan kompetensinya, baik pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) juga perilaku (attittude), sehingga dapat mengantisipasi permasalahan kamtibmas dengan cepat dan tepat.
Salah satu keterampilan penting yang perlu ditingkatkan kompetensinya adalah KETERAMPILAN PROFILING yaitu kemampuan personil Polri untuk mengidentifikasi dan mengumpulkan informasi yang lengkap dan akurat.
Profiling bisa dilakukan terhadap orang, tempat, barang dan kegiatan, sama seperti penentuan sasaran dalam sebuah Rencana Operasi.
Profiling terhadap orang dibutuhkan untuk mengenali secara mendalam tentang seseorang, tidak hanya identitas formalnya, namun juga karakter, jaringan, kelebihan bahkan kelemahannya. Semua informasi yang telah diidentifikasi dan dikumpulkan itu dapat dimasukkan ke dalam "kantong Doraemon" untuk selanjutnya dikelola dan digunakan dalam kegiatan kepolisian.
Profiling yang lengkap dan akurat tentu saja akan mempengaruhi cara bertindak yang tepat.
Pertanyaannya, bagaimana melatih ketetampilan profiling.
Beberapa trik untuk melatih profiling terhadap orang sesungguhnya tidak sulit, antara lain :
- ketika kita mengetahui nama lengkap dan tempat tanggal lahir seseorang, maka data formal lainnya orang tersebut bisa kita identifikasi dan kumpulkan dari Kantor Dukcapil (KTP), Kantor Kepolisian (SIM, SKCK, data kejahatan), Kantor Samsat (STNK dan BPKB), Kantor Perbankan (nomor rekening), rumah sakit (medical record), Kantor Pajak (NPWP), dan kantor pemerintahan lainnya.
Tentu saja tata cara untuk mendapatkan informasi di berbagai instansi harus diikuti sehingga tidak melanggar privasi dan HAM orang lain.
Di beberapa negara modern, semua data formal untuk profiling tersebut dimasukkan dalam single identity (identitas tunggal), data informal dapat kita peroleh dengan teknik-teknik penyelidikan sesuai Perkap No.14 Tahun 2012 tentang Manajemen Penyidikan yaitu pengecekan ke lokasi, pengamatan (observation), pembuntutan (surveilance), wawancara (interogasi), penyamaran (undercover), penelusuran (tracking) dan studi literatur.
Kemajuan teknologi informasi bahkan memudahkan personil untuk melatih keterampilan profiling dengan cyber patroll di media massa maupun media sosial.
Contoh latihan profiling sederhana, yaitu mengumpulkan sebanyak mungkin informasi tentang Shinto Silitonga.
Tanpa bertemu orangnya secara langsung, seseorang dapat memprofiling dengan mengetik "Shinto Silitonga" di google.com dan akan tampil puluhan laman yang berisi berita, gambar dan konten tentang sasaran profiling.
Kita tidak hanya tahu namanya, juga komponen informasi lainnya seperti tempat dan tanggal lahir, riwayat sekolah, riwayat jabatan, daftar prestasi, beberapa permasalahan dalam tugas, hobby dan banyak informasi lain.
Informasi akan semakin lengkap ketika personil menyentuh sasaran, teman bahkan keluarga sasaran.
Penulis dalam judul diatas menggunakan kata keterampilan, karena semakin dilatih maka semakin terampil seseorang untuk bertindak.
Demikian pula keterampilan profiling, semakin sering dilatih maka akan semakin terampil personil Polri untuk memprofiling seseorang dan semakin tepat cara bertindak yang digunakan di lapangan. (*) Sumber berita Humas Polres Gowa.