SpiritNews, Com.- Orang nomor satu di Indonesia beserta rombongan di Jadwalkan hadir di Kabupaten Takalar, Pada Hari Kamis Tanggal 15 februari 2018, dalam rangka kunjungan kerja (Kunker) pemberian sertifikat gratis sebanyak 1500 penerima di Lapangan Makkatang Daeng Sibali, pasukan pengamanan Presiden (Paspampres) pun duluan tiba guna menstrilkan lokasi yang akan dikunjungi Presiden Jokowi dan rombongannya.
Namun ada yang spesial diantara Paspampres yang tiba di Takalar lebih duluan. Siapa sangka, di antara pengawal tersebut, ternyata ada yang berasal dari putra Takalar sendiri, yah ini dia, Mansyur, pria kelahiran Desa Bontomanai, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulsel.
"Benar saya asli kelahiran Takalar," ungkap Mansyur memulai percakapannya sembari sesekali menyeka keringat yang membasahi seluruh wajahnya, usai menyantap jagung masuk yang disiapkan Pemda Takalar. Kata Mansyur, mengawal seorang presiden tentu bukan profesi yang mudah.
Harus siap bertaruh nyawa. Karena prinsip seorang pengawal dan Paspampres, harus bisa menjadi perisai untuk Presiden, diceritakan Mansyur, awal mulanya ia sama sekali tak terpikir untuk menjadi bagian dari Paspampres.
Sebelum menjadi bagian pengawal Kepresidenan, pendidikan awal kemiliterannya dimulai Secaba Pakkatto. Setelah itu, ia lanjut masuk dan bertugas ke Batalyon Kostrad 432 Kariango Maros selama beberapa tahun. Hingga sampai mendapatkan kesempatan untuk mengikuti seleksi menjadi anggota Paspampres.
Proses seleksi pun begitu ketat. Karena diseleksi di tiap daerah masing-masing taruna perwakilan daerah pun terpilih, termasuk Mansyur, tahapannya harus lolos seleksi fisik, Kedua, lanjut Mansyur, jujur, loyal dan disiplin, itu modal kepercayaan yang harus dipegang teguh oleh seorang pengawal. Dan ketiga, seperti diungkapkan di awal percakapannya, harus berani bertaruh nyawa.
"Setelah itu kami dibawa ke Jakarta, dilatih dan menjadi pengawal Presiden kurang lebih lima tahun setelah itu sekarang menjadi tim penyelamatan Presiden dan tugasnya juga sama, tidak berbeda," urai pria kelahiran 11 januari 1987 ini.
Dia tak menyangka bisa sampai ke istana, rasa bangga tentu ada, terlebih karena latar belakang dirinya yang berasal dari seorang anak petani. Namun itu tak membuatnya sombong. Sesuai prinsip seorang prajurit TNI, harus siap ditempatkan di mana saja termasuk mengamankan Presiden.
Dari ratusan anggota Paspamres, ia menjadi salah seorang yang ditunjuk bertugas mengawali Presiden Jokowi ke Takalar, itu pertama kalinya dia mengawal orang nomor satu di Indonesia ini ke Takalar, setelah sekian lama meninggalkan kampung halamannya, desa Bontomanai yang berlokasi jauh dari kota Makassar.
"Yang pertama kalinya saya mengawal bapak ke Takalar, kalau ke Sulawesi ini sudah sekian kalinya," ujar pria yang mengaku terakhir kali kembali ke kampung halaman setahun sekali. Mansyur baru menikah 2016 lalu.
Jauh dari keluarga, salah satu risiko dari seorang prajurit TNI. "Istri di Jakarta, orang tua di Takalar. Dan saya tidak bisa setiap saat pulang karena tugas. Harus dijalani dan alhamdulillah istri mendukung," ujar suami dari Avrinda Widiyati ini. Suka dan duka sebagai prajutit mau tak mau harus dihadapi dan dilalui. Dari kurang tidur, dan tetap harus standby menanti perintah atasan ke manapun Presiden akan berkunjung, itu sudah menjadi risiko. Kiatnya, pengawal harus selalu sehat, rajin berolah raga.
Karena harus siap berjaga dua kali 24 jam. Meski demikian, tetap diberlakukan sistem shift. Di lapangan, berdasarkan pengalamannya, sampai saat ini tak pernah menemui kendala.
Menghadapi kerumunan warga yang ingin mendekat ke presiden, sudah hal yang biasa. "Alhamdulillah tidak sampai berlebihan perlakuan mereka ke Presiden karena warga pun mengerti," ujar pria berdarah asli Makassar ini. Pengalaman lain yang mengesankan ke saat pelosok dan ke wilayah perbatasan. Melelahkan sudah pasti.
Namun, bagi prajurit TNI itu hal biasa karena sudah kerap dijalani, "Kami harus siap dengan konsekuensinya. Termasuk harus tetap waspada meski sudah disterilkan lokasi sebelum kedatangan presiden. Jika ada kejadian tak terduga dan dianggap membahayakan, utamakan amankan objek VVIP terlebih dahulu," tegasnya.
Dia mengatakan, dukungan dan do'a kedua orang tuanyalah yang membawa dirinya sampai bisa seperti saat ini, Ia bahkan mengakui sejak 2010 lalu meninggalkan tanah kelahiran, baru dua kali pulang kampung, "Kalau sekarang meski sedang ke Takalar sebisa mungkin jenguk kedua orang tua, dekat aja kok, cuman sebentar malam mungkin balik ke hotel di Makassar" Tegasnya. (Ady Emba)
Namun ada yang spesial diantara Paspampres yang tiba di Takalar lebih duluan. Siapa sangka, di antara pengawal tersebut, ternyata ada yang berasal dari putra Takalar sendiri, yah ini dia, Mansyur, pria kelahiran Desa Bontomanai, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar, Provinsi Sulsel.
"Benar saya asli kelahiran Takalar," ungkap Mansyur memulai percakapannya sembari sesekali menyeka keringat yang membasahi seluruh wajahnya, usai menyantap jagung masuk yang disiapkan Pemda Takalar. Kata Mansyur, mengawal seorang presiden tentu bukan profesi yang mudah.
Harus siap bertaruh nyawa. Karena prinsip seorang pengawal dan Paspampres, harus bisa menjadi perisai untuk Presiden, diceritakan Mansyur, awal mulanya ia sama sekali tak terpikir untuk menjadi bagian dari Paspampres.
Sebelum menjadi bagian pengawal Kepresidenan, pendidikan awal kemiliterannya dimulai Secaba Pakkatto. Setelah itu, ia lanjut masuk dan bertugas ke Batalyon Kostrad 432 Kariango Maros selama beberapa tahun. Hingga sampai mendapatkan kesempatan untuk mengikuti seleksi menjadi anggota Paspampres.
Proses seleksi pun begitu ketat. Karena diseleksi di tiap daerah masing-masing taruna perwakilan daerah pun terpilih, termasuk Mansyur, tahapannya harus lolos seleksi fisik, Kedua, lanjut Mansyur, jujur, loyal dan disiplin, itu modal kepercayaan yang harus dipegang teguh oleh seorang pengawal. Dan ketiga, seperti diungkapkan di awal percakapannya, harus berani bertaruh nyawa.
"Setelah itu kami dibawa ke Jakarta, dilatih dan menjadi pengawal Presiden kurang lebih lima tahun setelah itu sekarang menjadi tim penyelamatan Presiden dan tugasnya juga sama, tidak berbeda," urai pria kelahiran 11 januari 1987 ini.
Dia tak menyangka bisa sampai ke istana, rasa bangga tentu ada, terlebih karena latar belakang dirinya yang berasal dari seorang anak petani. Namun itu tak membuatnya sombong. Sesuai prinsip seorang prajurit TNI, harus siap ditempatkan di mana saja termasuk mengamankan Presiden.
Dari ratusan anggota Paspamres, ia menjadi salah seorang yang ditunjuk bertugas mengawali Presiden Jokowi ke Takalar, itu pertama kalinya dia mengawal orang nomor satu di Indonesia ini ke Takalar, setelah sekian lama meninggalkan kampung halamannya, desa Bontomanai yang berlokasi jauh dari kota Makassar.
"Yang pertama kalinya saya mengawal bapak ke Takalar, kalau ke Sulawesi ini sudah sekian kalinya," ujar pria yang mengaku terakhir kali kembali ke kampung halaman setahun sekali. Mansyur baru menikah 2016 lalu.
Jauh dari keluarga, salah satu risiko dari seorang prajurit TNI. "Istri di Jakarta, orang tua di Takalar. Dan saya tidak bisa setiap saat pulang karena tugas. Harus dijalani dan alhamdulillah istri mendukung," ujar suami dari Avrinda Widiyati ini. Suka dan duka sebagai prajutit mau tak mau harus dihadapi dan dilalui. Dari kurang tidur, dan tetap harus standby menanti perintah atasan ke manapun Presiden akan berkunjung, itu sudah menjadi risiko. Kiatnya, pengawal harus selalu sehat, rajin berolah raga.
Karena harus siap berjaga dua kali 24 jam. Meski demikian, tetap diberlakukan sistem shift. Di lapangan, berdasarkan pengalamannya, sampai saat ini tak pernah menemui kendala.
Menghadapi kerumunan warga yang ingin mendekat ke presiden, sudah hal yang biasa. "Alhamdulillah tidak sampai berlebihan perlakuan mereka ke Presiden karena warga pun mengerti," ujar pria berdarah asli Makassar ini. Pengalaman lain yang mengesankan ke saat pelosok dan ke wilayah perbatasan. Melelahkan sudah pasti.
Namun, bagi prajurit TNI itu hal biasa karena sudah kerap dijalani, "Kami harus siap dengan konsekuensinya. Termasuk harus tetap waspada meski sudah disterilkan lokasi sebelum kedatangan presiden. Jika ada kejadian tak terduga dan dianggap membahayakan, utamakan amankan objek VVIP terlebih dahulu," tegasnya.
Dia mengatakan, dukungan dan do'a kedua orang tuanyalah yang membawa dirinya sampai bisa seperti saat ini, Ia bahkan mengakui sejak 2010 lalu meninggalkan tanah kelahiran, baru dua kali pulang kampung, "Kalau sekarang meski sedang ke Takalar sebisa mungkin jenguk kedua orang tua, dekat aja kok, cuman sebentar malam mungkin balik ke hotel di Makassar" Tegasnya. (Ady Emba)