SpiritNews.com.- Dalam Kepala Negara (Presiden) Jokowi pada saat menghadiri acara Puncak Peringatan Hari Guru Nasional dan Hari Ulang Tahun ke-71 Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Minggu siang.
Sementara pada kesempatan tersebut,Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menyinggung mengenai berkembangnya budaya saling menghujat yang dilakukan di media sosial.
Selain itu,Presiden juga mengakui, pada era keterbukaan saat ini perkembangan di sosial media tidak dapat dihambat dengan cara apapun. Satu-satunya jalan yang bisa dilakukan, menurut Presiden, adalah mengisi anak-anak Indonesia dengan pribadi dan karakter dan nilai-nilai ke-Indonesia-an.
Sementara pada kesempatan tersebut,Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga menyinggung mengenai berkembangnya budaya saling menghujat yang dilakukan di media sosial.
Selain itu,Presiden juga mengakui, pada era keterbukaan saat ini perkembangan di sosial media tidak dapat dihambat dengan cara apapun. Satu-satunya jalan yang bisa dilakukan, menurut Presiden, adalah mengisi anak-anak Indonesia dengan pribadi dan karakter dan nilai-nilai ke-Indonesia-an.
Namun menurutnya dalam sebulan ini materi pembicara di media sosial lebih banyak saling menghujat, menjelekkan, dan memaki antar anak bangsa, yang menurutnya bukan tata nilai Indonesia.
Lebih lanjut dikatakan bahwa dengan menghujat, saling menjelekkan,saling memaki, fitnah-fitnah, adu domba,ada semua di media sosial kita,ini adalah tugas Bapak dan Ibu guru untuk memberitahu kepada anak didik kita, karena nilai-nilai ke-Indonesia-an kita bukan itu,tegas Presiden.
Presiden Jokowi juga meminta para guru berhati-hati terhadap kemungkinan adanya infiltrasi asing masuk ke negara Indonesia dengan cara melemahkan dan memecah belah bangsa seperti itu. Presiden menilai guru memiliki peran sentral untuk menyampaikan mengenai etika berinternet dan sopan santun dalam menyampaikan sesuatu di media sosial.
“Terutama untuk anak yang mulai menginjak ke SMP, menginjak ke SMA/SMK, agar diberitahu etika berinternet, netiquette, sopan santun dalam menyampaikan sesuatu di media sosial, ini penting sekali,” ujarnya.
Presiden berpesan kepada para guru agar anak didiknya diajak bermedia sosial dengan santun dan tata nilai etika yang baik, serta mengajak ke hal-hal yang positif dan positive thinking. “Itulah nilai-nilai ke-Indonesia-an kita,” tegasnya.
Etika Kurang ;
Sebelumnya Presiden Jokowi meminta kepada para guru agar terus menyuntikkan kepada anak-anak didik nilai-nilai karakter bangsa Indonesia, seperti nilai etika, kejujuran, kedisiplinan, optimisme, dan kerja keras.
“Etika berbicara, etika menghormati guru, etika menghormati orang tua, etika menghormati seniornya. Karena ini adalah nilai-nilai Indonesia,” sambung Presiden.
Diakui Presiden, bahwa pelajaran seperti matematika, fisika, PPKn, kimia, atau biologi memang diperlukan. Tetapi Presiden menyampaikan nilai-nilai etika, kejujuran, kedisiplinan, kerja keras, optimisme juga perlu sedini mungkin disuntikkan kepada anak didik terutama untuk anak-anak yang masih SMP, SD, TK, dan PAUD.
Presiden mengingatkan hal itu karena pada tahun 2030-2040 pertarungan antarnegara sangat ketat. Saat itu Indonesia akan memiliki bonus demografi usia produktif yang menjadi kekuatan dan modal negara Indonesia dalam bersaing dengan negara-negara yang lain. Tetapi kalau nilai-nilai itu tidak disuntikkan mulai dari sekarang, Presiden Jokowi khawatir nantinya pada tahun 2030-2040 bangsa Indonesia tidak bisa memanfaatkan tahun emas tersebut.
“Kita bisa meraih atau tidak bisa meraih, bisa tinggal landas atau tidak bisa tinggal landas, itu Bapak dan Ibu guru memiliki peran sentral, memiliki peran yang utama dalam menghantarkan anak didik kita pada tahun tersebut,” tuturnya.
Pada akhir sambutannya Presiden Jokowi mengaku, dirinya percaya, satu orang hebat bisa melahirkan beberapa karya hebat. Tapi satu guru hebat bisa melahirkan ribuan orang hebat.
“Dirgahayu guru Indonesia, jadilah lentera yang memandu bangsa melangkah ke depan menjadi bangsa pemenang,” pungkas Presiden Jokowi.
Tampak hadir dalam acara tersebut antara lain Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddiin, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan.
Pada peringatan yang mengambil tema “Guru dan Tenaga Kependidikan Mulia Karena Karya” ini Presiden Jokowi juga menganugerahkan penghargaan Satya Lencana Pendidikan pada 52 orang guru teladan yang diwakili oleh 15 pendidik.
Juga dilakukan penyerahan penghargaan Dwija Praja Nugraha oleh Menteri Agama kepada kepala daerah yaitu Gubernur DI Yogyakarta, Gubernur Jawa Tengah, Gubernur Kalimantan Timur, Gubernur Maluku, Bupati Labuhanbatu Selatan, Bupati Purwakarta, Bupati Tasikmalaya, Wali Kota Cilegon, Wali Kota Surakarta, Bupati Karanganyar, Bupati Sleman, Wali Kota Malang, Bupati Hulu Sungai Utara, Bupati Tabalong, Bupati Kutai Kartanegara, Bupati Morowali, dan Bupati Murung Raya.(*),Sumber berita Sekretariat Kabinet.