Ustadz Bangun Samudra (Youtube).
SpiritNews.com.-Sejak kecil
ia sekolah di sekolah Katolik. Mulai TK Katolik Kristus Raja, SD Katolik Santo
Yohanes Gabriel, SMP Katolik Santo Stanilslaus, SMA Katolik Santa Maria,
Sekolah Pastor Tingkat Menengah Santo Vincentius a Paulo, Sekolah Tingga Pastor
Katolik Santo Giovanni, Magister Teologi Vatikan Roma.
Namun siapa sangka, setelah 35 tahun menempuh pendidikan
Katolik dan menjadi seorang pastor, Allah justru memberikan hidayah kepadanya.
Ustadz Bangun Samudra, demikian nama muslim-nya sekarang. Ia
masuk Islam setelah mempejari dan membandingkan antara Al Qur’an dan Alkitab.
Antara Islam dan agamanya. Antara aqidah Islamiyah dengan dogma-dogma agama
lamanya.
Salah satu yang menarik dan membuatnya berpikir mendalam
adalah saat mempelajari Al Qur’an. Semula, ia mempelajari Al Qur’an untuk
menentang dan menolaknya. Tapi ia justru terkesima saat mendapati di dalam Al
Qur’an banyak panggilan mulia dari Allah untuk hambaNya.
Di surat An
Nisa’ ayat 1 ada “yaa ayyuhan naas” (wahai manusia). Di surat Al Baqarah juga
ada “yaa ayyuhan naas”
Yang lebih
dalam lagi, dalam sekian banyak ayat Al Qur’an mendahului dengan panggilan “yaa
ayyuhal ladziina aamanuu” (wahai orang-orang yang beriman).“Panggilan-panggilan
ini begitu memuliakan. Kita dipanggil sebagai manusia, bahkan kita dipanggil
sebagai orang-orang beriman,” pikir Bangun Samudra.
Ia lantas
membandingkan dengan kitabnya yang menyebut “wahai anak-anak domba.”
“Mengapa Tuhan
kami memanggil kami sebagai anak domba yang dalam bahasa Jawa berarti wedhus?
Benarkah ini panggilan dari Tuhan” “Mengapa Tuhan kami memanggil kami sebagai
anak domba yang dalam bahasa Jawa berarti wedhus? Benarkah ini panggilan dari
Tuhan”
Panggilan dari
kedua kitab itu adalah salah satu di antara sekian banyak hal yang menjadi
dasar pemikiran mengapa ia akhirnya masuk Islam. Dengan kedalaman ilmu yang ia
dapatkan sejak kecil hingga di Vatikan, Bangun Samudra akhirnya mengetahui
bahwa Islam-lah yang benar. Al Qur’an-lah kitab suci yang benar-benar datang
dari Tuhan tanpa diselewengkan atau dipalsukan manusia. [Muchlisin
BK/Bersamadakwah].