Foto,Ka. Kanwil kemenag
Sulsel Drs. H. Abd. Wahid Thahir, M.Ag.
SpiritNews.com.-
Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kanwil Kemenag Sulsel
mengumpulkan seluruh Kepala Seksi PD. Pontren Kemenag se-Sulsel bersama puluhan
pengelola lembaga pendidikan Diniyah Takmiliyah se-Sulsel di Hotel Tiatira
Kencana Makassar (17/3/2016) tujuannya adalah untuk mengikuti Rapat Koordinasi
dalam rangka membahas program Pendidikan Diniyah Takmiliyah di Sulsel untuk
tahun 2016.
Demikian Penjelasan H. M. Kasim Salah satu kepala Seksi di
Bidang Pontren selaku Moderator saat mendampingi Ka. Kanwil Kemenag Sulsel
memberikan Materi di Kegiatan tersebut. Turut hadir juga Kepala Bidang PD
Pontren H. Suyahdi Sallu, dan Kepala seksi Lainnya seperti H. Kadir dan Hj. Ida
Rahman.
Dalam penjelasannya, Ka. Kanwil kemenag Sulsel Drs. H. Abd.
Wahid Thahir, M.Ag mengatakan bahwa Eksistensi Pendidikan Diniyah Takmiliyah
atau yang dulunya di Sulsel lebih dikenal dengan istilah “Sikola Ara’” /
Sekolah Arab sudah tidak bisa dipertanyakan lagi, karena lembaga pendidikan
yang bercorak Islam Tradisionalis ini usianya lebih tua dibanding Negara
Indonesia, dan dari lembaga pendidikan ini pulalah dulunya banyak melahirkan
banyak cikal bakal Ulama dan cendekia muslim, olehnya itu, Negara dalam hal ini
Kementerian Agama sangat memberi perhatian lebih kepada Lembaga pendidikan ini,
meskipun di era sekarang harus banyak bersaing dengan lembaga pendidikan formal
yang sudah sangat banyak tersebar sampai ke pelosok.
Olehnya itu, di era sekarang, Lembaga pendidikan Diniyah
Takmiliyah ini tidak boleh ketinggalan, didalamnya juga harus sudah menggunakan
majanemen modern dalam pengelolaannya, termasuk memperbaiki dan menerapkan
struktut, sistem dan prilaku organisasinya yang mengarahkan anak didiknya untuk
menguasai 3 dimensi Ilmu yakni Pengetahuan (Knowledge), Keahlian/kecakapan
(Skill) dan Sikap (Attitude), dan ketiga hal tersebut jangan sampai dipisahkan
satu dengan yang lainnya, ujar Wahid Thahir.
Dari semua yang dijelaskan diatas, ada hal yang paling
penting yang harus diisi dan diberikan secara maksimal kepada anak didik di
Diniyah Takmiliyah, yakni Ruh dari Ilmu pengetahuan yaitu Tafaqqahuu Fiddin
(bagaimana pemahaman terhadap agama itu bisa lebih maksimal) baik dari sisi
tekstualnya maupun kontekstualnya, meskipun di era moder saat ini budaya
hedonisme dan pragmatisme sudah menggerogoti generasi muda dan anak didik kita
sehingga secara perlahan merubah maindseat anak didik kita.
Lebih lanjut disampaikan bahwa untuk mengembalikan atau
menetralkan maindseat tersebut ke arah yang seharusnya sesuai tujuan pendidikan
Diniyah Takmiliyah dan semacamnya bukanlah sesuatu yang mudah, tapi sesulit
apapun itu tetap harus diusahakan dan dilaksanakan, ini demi masa depan
generasi kita dan juga bangsa kita, harapnya. (Mw).Sumber berita Inmas Kemenag Sulsel.