SPIRIT.Com.-
Banyak orang yang beranggapan memajukan pendidikan
di pulau pulau terpencil seperti liukang Kalmas dan liukan Tanngaya di
Kabupaten pangkajene dan Kepulauan (Pangkep),hanyalah sebuah khayalan,cita cita
untuk mencerdaskan kehidupan anak bangsa hanyalah sebuah cita cita tertulis,
faktanya masih banyak pendidikan yang jauh dari kata baik sehingga banyak guru
yang tidak mau mengajar di pulau terpencil.
Namun
hal ini tidak berlaku bagi sosok guru honorer Soraya yang mengajar di salah
satu Sekolah Dasar (SD) 29 Pulau Sailus Besar, di Kecamatan Liukang Tanngaya,
pulau terpencil dan terluar kabupaten Pangkep, Pulau ini posisinya lebih dekat
dari Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Sososk
soraya ini mampu mengispirasi guru yang lain untuk mengabdi dalam kondisi
apapun,meski masih berstatus honorer soraya mampu membuktikan untuk
mencerdaskan anak bangsa dapat dilakukan dengan cara sederhana walau sarana dan
prasarana juga sederhana.
Soraya
mengaku meski masih berstatus honorer tekadnya untuk mengabdikan dirinya
dipulau kelahirannya sudah bulat untuk mencerdaskan anak anak pulau hal ini
dilakukannya karena ia merasakan sendiri bagaimana sulitnya mengenyam
pendidikan di sebuah pulau terpencil.
Sebagai
anak yang lahir di pulau, Soraya mengaku sejak kecil kesulitan untuk bisa
menempuh pendidikan. Karena itu, selepas SD di tanah kelahiran, orang tuanya
kemudian menyekolahkan di bangku SMP dan SMA di Sumenep, Pulau Madura. Saat ini
Soraya tercatat sebagai mahasiswa Universitas Terbuka.
“Bagi
orang pulau, bisa menempuh pendidikan hingga SMA terbilang luar biasa. Karena
itu, setelah selesai SMA, saya kembali ke pulau dan mengajar. Saya ingin
adik-adik saya kelak bisa memiliki pendidikan lebih baik dari saya,” ujarnya.
Soraya
pun berharap kepada Pemerintah kabupaten Pangkep untuk lebih memerhatikan nasib
pendidikan anak pulau sehingga bisa setara dengan pendidikan anak anak yang ada didaratan,karena
semangat anak pulau untuk mengenyam pendidikan sangat tinggi.
“Karena
itu, tolong untuk pemerintah bisa mempedulikan pendidikan dan juga kehidupan
warganya yang di pulau terpencil. Terutama untuk pendidikan, karena anak pulau
juga punya semangat untuk terus sekolah,” ujarnya.
Hal
ini diungkapkan Soraya saat berbagi keluh dan kesah pengalamannya mengajar di
pulau terpencil saat ditemui awak media di SMA Negeri 2 Pangkajene,Kabupaten
Pangkep untuk mengikuti Ujian Kompetensi Guru (UKG) demi bisa terdaftar dalam
sertifikasi guru (Sergu).
Soraya
menceritakan jika harus menempuh perjalanan terombang-ambing dengan kapal laut
selama tiga hari tiga malam dan berhenti di dua pulau berbeda, hingga akhirnya merapat dipelabuhan Paotere
lalu menuju Pangkajene.
Soraya
pun mengaku sudah 20 hari di darat dan hanya memiliki uang untuk biaya makan
yang menipis,belum lagi untuk biaya penginapan,“Saya harus mengumpulkan honor
mengajar yang tidak banyak selama enam bulan untuk bisa berangkat ke Kota
Pangkajene ini (mengikuti ujian kompetensi),”terang Soraya
.(Ss-Rs).