SPIRITNews.Com.-
Dipicu kita rebutan bantuan air bersih CSR PT. Semen Tonasa,warga Desa Bulu Cindea,Bungoro,Kabupaten
Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep),nyaris berantem.
Rebutan
air bersih terjadi karena jatah dari tangki air yang masuk ke desa Bulucendea
berkurang dari bantuan Sebelumnya. Biasanya mobil tangki air bersih yang masuk
di desa Bulucindea selama ini yang disediakan oleh CSR PT Semen Tonasa sebanyak
belasan tangki perhari. Namun jatah itu berkurang menjadi tiga unit saja.
Akibatnya
sejumlah warga dalam antrian air bersih tersebut ribut, karena takut tidak
kebagian air bersih, Untuk meredam ketegangan antar warga, aparat kepolisian
ketua DPRD Pangkep bersama turun langsung menenangkan warga yang sudah mulai
ribut tersebut.
“Sudah
aman. Tadi kita bicara dengan tokoh-tokoh masyarakat,” kata Ilham usai
pertemuan dengan tokoh masyarakat di Kantor Desa Bulu Cindea, Selasa (13/10).
Sementara
itu Kepala Desa Bulu Cindea, Made Ali mengatakan, selama musim kemarau warganya
menggantungkan kebutuhan air bersih mereka dari pasokan tangki air yang
disuplai oleh PT Semen Tonasa. Namun karena dalam dua hari terakhir, jatah
tersebut dikurangi, warga desa berebutan yang berujung nyaris adu jotos.
“Gara-gara
rebutan air. Maklum kampung ini kering dan tidak ada air tawar di sini. Warga
sangat bergantung pada pasokan air dari tangki. Nah kalau itu kurang, pasti
masyarakat rebutan,” kata Made Ali kades Bulu cindea yang mempunyai warga
sebanyak 1.531 Kepala Keluarga ini.
Menurut
Made Ali Sebenarnya Pihaknya telah melakukan berbagai upaya agar desa Bulu
Cindea mengatasi krisis air bersih. Salah satunya didapatkan melalui pembuatan
sumur bor dari program CSR dari Tonasa sebanyak empat unit. Namun akibat
kekeringan, sumur bor tersebut pun kini tidak berfungsi.
Selain
itu,menurutnya “Pompa air CSR tidak berfungsi selama musim kemarau. Malah di
Kampung Jollo sudah setahun lebih tidak pernah berfungsi lagi,Bantuan sumur bor
dari CSR hanya berfungsi kalau musim hujan.
Lebih
lanjut diakui bahwa kalau kemarau tidak bisa diandalkan karena kedalamannya
hanya delapan meter saja,lebih lanjut disampaikan bahwa di sini,pengeboran
harus lebih seratus meter kalau mau maksimal,bebernya.
Sambung
Made Ali juga menkritisi masalah instalasi PDAM di desanya yang juga sudah dua
tahun terakhir tidak pernah dinikmati warga. Padahal saat pemasangan di rumah,
katanya, warga harus merogoh kocek sebesar Rp 600 ribu.
Sementara
mereka menambahkan bahwa “ Pipa PDAM juga tidak pernah berfungsi,warga hanya
menikmatinya selama 5 bulan setelah membayar Rp 600 ribu. Dan dua tahun ini
tidak pernah mi dinikmati airnya PDAM,” jelasnya.(Ss-Khr).