Kapolri Jendral
Polisi Badrudin Haiti (kiri) disambut Bupati Tolikara Usman G Wandikbo dalam
kunjungan ke Karubaga Kabupaten Tolikara, Papua, kemarin (19/7). (Humas Pemkab
Tolikara).
Spirit News.Com.- Kepala Kepolisian Republik Indonesia
(Kapolri) Jenderal Badrodin Haiti menyebut kemungkinan adanya aktor intelektual
di belakang kerusuhan di Karubaga, Kabupaten Tolikara, Papua, saat pelaksanaan
salat Idul Fitri pada Jumat pagi lalu.Sementara menurut Kapolri, insiden di Tolikara adalah kasus pelanggaran hukum dan Indonesia adalah negara hukum. Karena itu, penyerangan ataupun penembakan akan diselesaikan secara hukum.
Penegasan tersebut
disampaikan Kapolri setelah mendapat laporan perkembangan terbaru dan melihat
langsung kondisi tempat meletusnya insiden di Karubaga, ibu kota Kabupaten
Tolikara, kemarin.
Kedatangan Kapolri
disambut langsung oleh Bupati Tolikara Usman G. Wanimbo dan Presiden Gereja
Injili di Indonesia (GIDI) Pendeta (Pdt) Dorman Wandikbo, Kapolres, Dandim, dan
unsur muspida lainnya.
Cenderawasih Pos
(Grup JPNN) melaporkan, turun dari pesawat twin otter milik Trigana, Kapolri
langsung meninjau lokasi insiden pembakaran. Kapolri juga menyempatkan diri
melihat kondisi para warga yang mengungsi di Koramil Karubaga dan melakukan
pertemuan dengan unsur muspida dan tokoh masyarakat di Tolikara.
Berdasar hasil
kunjungan sekitar tiga jam tersebut, Badrodin menyimpulkan, situasi di Tolikara
sudah kondusif. Hal yang perlu jadi perhatian sekarang adalah masalah pengungsi
yang masih ditampung di tenda-tenda darurat di Koramil Karubaga.
Menurut Badrodin,
sejauh ini kepolisian belum menetapkan tersangka terhadap pelaku yang melakukan
penyerangan dan pelemparan. Tapi, sebagai penegak hukum, dia berjanji memproses
pelanggaran hukum yang terjadi di Karubaga, baik pelaku pembakaran maupun
penembakan.
”Jadi, saya minta
semua pihak baik masyarakat, tokoh-tokoh gereja, aparat pemerintah daerah adat
untuk membantu agar semuanya bisa selesai. Kemudian, ada juga intelektual yang
harus kita proses secara hukum,” ungkapnya saat ditemui di ruang VIP Bandara
Sentani, Jayapura, kemarin.
Menurut Kapolri,
sebelas orang tertembak karena telah melakukan pelemparan dan penyerangan
terhadap warga yang sedang melakukan ibadah salat Idul Fitri. Selanjutnya,
pihaknya akan mengidentifikasi satu per satu.
”Sebab, ini adalah
sekelompok orang. Apakah mereka teridentifikasi melakukan penyerangan itu?
Masih perlu untuk dilihat lagi hasil penyelidikan nanti. Sehingga bila didapat
cukup bukti, itu akan diproses secara hukum,” papar Kapolda Jawa Timur pada
2010 tersebut.
Badrodin juga
mengungkapkan, dua orang yang menandatangani surat edaran yang diduga memicu
aksi kerusuhan, yakni Pdt Neyus Wenda dan Marthen Jingga, juga diproses hukum.
"Mereka yang menandatangani surat edaran itu sudah dimintai klarifikasi,”
ujarnya.
Mengutip keterangan
dari Kapolres Tolikara, Badrodin menjelaskan bahwa surat edaran dari GIDI itu
sudah diklarifikasi ke mereka yang menandatangani surat edaran tersebut.
”Pada 15 Juli 2015
Kapolres Tolikara melakukan komunikasi kepada bupati dan panitia, lalu mereka
meralat surat itu. Tapi, hal ini belum disampaikan secara tertulisnya, hanya
komunikasi lisan. Jadi, saya lihat ada miskomunikasi di sana dan belum
tersosialisasikan. Sebab, ini terputus, belum sampai kepada masyarakat,” jelas
Badrodin.
Kapolri juga
menjelaskan bahwa Presiden Jokowi mengharapkan adanya informasi yang jelas soal
surat edaran tersebut yang merupakan pelanggaran hukum. Dengan begitu, untuk
sementara ini, pihaknya akan memeriksa para saksi lebih intensif. ”Baik itu
yang menandatangani surat pemberitahuan itu maupun saksi-saksi yang tertembak,”
ungkapnya.
Seperti diberitakan,
terjadi serangan terhadap jamaah yang hendak melaksanakan salat Idul Fitri pada
Jumat (17/7). Penyerangan membuat jamaah salat Id bubar. Aparat keamanan turun
tangan dengan membubarkan penyerang melalui tembakan peringatan. Sayang, aksi
pencegahan itu justru menimbulkan jatuh korban.
Karena marah,
penyerang lantas membakar beberapa bangunan rumah dan kios yang lokasinya
sangat dekat dengan masjid. Masjid yang dibangun Pemkab Tolikara itu pun ikut
terbakar. Dalam upaya pengamanan, petugas menembak tiga penyerang yang tidak
mengindahkan peringatan petugas. (*) Summber Berita Jpnn.com.