SPIRIT NEWS.COM.- Hampir di
sepanjang jalan protokol bisa ditemukan usaha kerajinan batu akik,Kerajinan batu akik di Kabupaten Lebak, Banten, selama
ini dinilai telah dapat mengatasi pengangguran. Lantaran itu pula, tren usaha
ini dianggap bisa mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah itu.
"Kami sudah tiga bulan menggeluti usaha ini, dan
bisa mencukupi ekonomi keluarga sehari-hari," kata Budiman, seorang perajin
batu akik warga Desa Cikatapis, Kecamatan Kalanganyar, Kabupaten Lebak, baru-baru
ini.
Selama ini, menurut Budiman, penghasilan kerajinan
batu akik cukup lumayan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.
Tak terkecuali biaya pendidikan anaknya yang kini kuliah di Universitas Dipenogoro,
Semarang, Jawa Tengah.
Meskipun anaknya itu kuliah gratis karena mendapat
program Bidik Misi dari pemerintah, namun Budiman lega bisa membantu juga untuk
biaya keperluan lainnya. Padahal sebelumnya, dirinya mengaku bingung lantaran
usaha buruh bangunan tidak menentu. Terkadang keluarganya menurutnya bisa makan
jika ada pekerjaan, tetapi sebaliknya bila menganggur justru harus kesulitan.
Namun akhirnya, peluang usaha didapatnya setelah
masyarakat belakangan dilanda demam batu akik. Saking ramainya usaha itu,
hampir di sepanjang jalan protokol di Rangkasbitung bisa ditemukan usaha
kerajinan batu akik, lantaran permintaan pasar yang relatif tinggi.
Makanya menurut Budiman, dirinya lantas coba menggeluti
usaha kerajinan batu akik tersebut. Apalagi dengan banyaknya permintaan pasar,
maupun pesanan dari berbagai daerah mulai dari Provinsi Banten hinggga Jakarta.
Dirinya bahkan sempat merasa kewalahan melayani permintaan batu tersebut.
"Kami terbantu dengan usaha ini, dan pendapatan
antara Rp1,5 sampai Rp2 juta per hari," kata Budiman, saat ditemui di
Jalan Lingkar Selatan Rangkasbitung.
Budiman mengatakan, dirinya tidak menyangka demam batu
akik di masyarakat itu ternyata bisa pula menyerap lapangan pekerjaan. Saat
ini, dirinya sendiri menurut Budiman, bisa mempekerjakan sebanyak tiga orang
dengan gaji sebesar Rp100 ribu per orang.
"Kami menjual batu akik dari harga Rp100 ribu
sampai Rp20 juta, tergantung kualitasnya," katanya pula.
Japar, seorang perajin warga Rangkasbitung, juga
mengakui dirinya dan keluarga terbantu secara ekonomi, dari hasil kerajinan
batu permata Kalimaya. Sebelumnya, Japar mengaku bekerja di Jakarta sebagai
pedagang kaki lima. Namun kini seiring demam batu yang terjadi di hampir semua
daerah di Tanah Air, dia pun memilih menggeluti usaha itu.
Menurut Japar, harga pasaran Kalimaya black opal atau
opal hitam cukup mahal, serta termasuk yang diburu pencinta batu permata maupun
kolektor domestik dan mancanegara. Saat ini menurutnya pula, harga permata
Kalimaya opal hitam bervariasi dan tergantung warnanya, berkisar mulai dari
Rp300.000 sampai Rp50 juta.
"Kami membuka usaha ini hampir setahun lebih, dan
bisa menyerap tenaga kerja hingga puluhan orang," katanya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten
Lebak, Wawan Ruswandi, pun mengatakan bahwa saat ini kerajinan batu akik maupun
permata Kalimaya di daerah tersebut, sudah bisa menyerap lapangan pekerjaan
hingga ribuan orang.
Makanya menurutnya, Pemkab Lebak pun terus mendorong
tumbuhnya usaha kerajinan batu akik ini, karena dinilai dapat meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat.(Red).